“Doakan anak saya….Semoga husnul khatimah diterima semua anaknya, diampuni dosanya”, sambil memeluk erat tubuh KH. Amal Fathullah Zarkasyi, terasa sekali suasana haru dibalik pelukan 2 sahabat karib sekaligus 2 pimpinan pondok Gontor tersebut. Kemudian kyai Hasan Berpaling pandangannya ke sisi kanan dimana beliau berdiri sembari berkata, “…le….le…ternyata awakmu ndisiki bapak (nak…nak…ternyata kamu mendahului bapak), sambil mengelus bibir keranda dimana putra sulungnya terbaring”, suasana bertambah haru, tak terasa air mata ini akhirnya jg menetes tanpa aba-aba, hati ini merinding tak tega, menatap wajah Kyaiku yang sedang berduka.
Kemudian KH. M. Akrim Mariyat berikutnya memeluk hangat sahabatnya tersebut (Kyai Hasan), kembali Beliau berkata, “Doakan saya tetap kuat, ibunya juga….”, hati ini kembali pecah melihat pemandangan haru di depan mata. Lanjut berikutnya Bapak Direktur KMI KH. Masyhudi Subari memeluk beliau sambil membisikkan, “Syahid Insyaallah….Syahid insyaallah”, kemudian beliau menjawab, “Amin….Syahid…Syahid…Doakan…Doakan anak saya…”, remuk rasa hati ini tak kuasa menahan rasa haru & tak terasa semakin deras air mata ini menetes sampai kututup mulut sambil menyeka air mata ini sambil bersandar pada tiang sangga teras rumah prabon keluarga Bani Sahal yang ditempati beliau.
Beliau bertiga inilah yang selama ini kerap menemani Kyai Hasan di kantor pimpinan, merencanakan program, merancang program, hingga melaksanakan program. Bersama beliau bertiga duduk bareng saling mengingatkan, baca artikel bersama sebelum disampaikan ke santri & guru, membagi beban tanggung jawab kontrol instansi baik administrasi & non administrasi, apapun dibicarakan bersama oleh sebab itu Kyai Muhammad Akrim Mariyat menyampaikan bahwa kepemimpinan di Gontor ini bersifat Kolektif Kolegial.
Dalam kesempatan malam itupun KH. Amal Fathullah Zarkasyi juga mengungkapkan tentang persahabatan beliau dengan Kyai Hasan, “Saya ini sejak kecil sampai tua seperti ini selalu bersama pak Hasan, dan saya tahu bagaimana cobaan hidup Pak Hasan, berat…memang berat….Saat berbicara tentang pendidikan anak kami juga sama.”, ungkap KH. Amal Fathullah saat melanjutkan taushiyah di depan para peziarah setelah shalat Jenazah di kediaman KH. Hasan Abdullah Sahal.
Dapat kita ungkapkan dengan bahasa peribahasa sederhana Gontor, “Sahabatmu adalah siapa yang menangisimu, bukan yang menertawakanmu” (Shadikuka man Abkaka La Man Adhakaka), sahabat sejati akan selalu ada disamping kita baik disaat gembira ataupun pada saat berduka, senasib dan sepenanggungan dan juga seperjuangan.
