Sejak kemarin sebenarnya sedang menunggu-nunggu video terjemahan resmi & komplit dialog Grand Syaikh Azhar dari shahibu Al-Hajah, kemungkinan muncul ada tapi tidak terlalu di publikasikan karena dalamnya hanya point-point yang disukai saja atau bahkan terjemahan akan dikemas sesuai selera dan jadi alat untuk sebuah framing isu.
Bagi kawan-kawan alumni Gontor saja Insya Allah di awal dialog sudah langsung paham, karena brondongan pemaparan tentang konsep Islam Nusantara terlalu mudah di kipas Grand Syaikh Azhar, dan akhirnya terjadi kuliah tentang Nubuwat (kenabian) yang seharusnya setiap muslim paham akan hal itu.
Konsep Islam Nusantara yang ditawarkannya terasa hambar meskipun dijabarkan panjang lebar sampai-sampai mencoba memperluas area ke negara tetangga (Asia), dan tak ayal perluasan ini juga memunculkan kontroversi tentang pembawa konsep ini sehingga mengapa harus dikaitkan dengan negara lain padahal Malaysia, Brunai tidak pernah mendengungkan isu Islam Nusantara.
Jadi terasa pantas kalau Grand Syaikh pada akhirnya mendikte KH. Aqil Siraj dengan pernyataan: “Sungguh tidak sah iman kalian kecuali kalian mencintai orang arab ini (yakni nabi Muhammad) lebih dari kalian mencintai diri kalian keluarga kalian bangsa kalian dll. dalam arti lain kalau kalain anti dan sentimen terhadap bangsa arab maka tidak sah iman kalian.” (KH. Said Aqil pun hanya cengengesan saat ia menerjemahkan kata “kita harus cinta Arab). Dan hampir semua orang juga tahu, jika NU kelompok KH. Said Aqil begitu benci apapun yang di nisbahkan ke Arab.
Begitu pula saat berbicara tentang wasathiyyah, secara gamblang dalam dialognya Grand Syaikh Azhar sangat menyarankan umat islam itu banyak-banyak mencari persamaan bukan perbedaannya, beliau menjelaskan begitu sederhana tentang Wasathiyyah, “seharusnya yang diperlukan adalah mencari berbagai kesamaan antar mazhab, bukan hanya perbedaannya, selama kita melihat orang lain yang muslim Shalat, Menghadap kiblat (dalam shalatnya), juga memakan hewan sembelihan (yg di Syarat kan dalam Islam) berarti mereka adalah Muslim dan tidak boleh kita mencelanya. Mencari-cari perbedaan hanya akan membuat jurang semakin lebar antar sesama muslim. Dan lagi-lagi pemikiran KH. Aqil Siraj menjadi kontra produktif tentang Islam Moderat.
Dalam pernyataan KH. Aqil Siraj secara singkat sedikit menjelaskan tentang Hubbu Al-Arab (padahal golongan mereka sangat anti arab), sisi lain mereka jg tidak sepaham dengan Syaikh Azhar tentang Wahabi krn Wahabi mengharamkan tahlilan sementara tahlilan sering dilakukan di NU karena dapat berkat (nasi+lauk) yang dibawa pulang setelah tahlilan. Apakan konsep ini yang pada akhirnya di tularkan ke para pendemo/acara-acara konvoi golongan mereka sehingga pada akhirnya istilah PANASBUNG (pasukan nasi bungkus) menjadi exist.
Dalam penggalan kata, Grand Syaikh jg mengungkapkan, “Kami belajar tentang sejarah masuknya islam disini. bukankah yang membawa Islam ke negeri kalian ini adalah orang-orang arab? Seandainya saja orang-orang arab itu tidak datang kesini dan mengajarkan kalian bagaimana Islam, maka mungkin kalian sampai saat ini masih berada dalam keyakinan umumnya orang orang timur Asia yang keyakinanya bertentangan dengan kebenaran.” (animisme, dinamisme dll). (Cek Video Komplitnya)
Mahasiswa fakultas Ushuluddin tahun 1999-an di Gontor disela-sela aktifitas perkuliahan sering juga nonton Drama Angling Dharma, selain senang pada sisi budaya jawa mereka juga senang karena terdapat muatan Ushuluddin nya.
Betapa tidak, dalam drama Angling Dharma juga di kisahkan proses masuknya para pedagang gujarat yang tujuan utamanya untuk berdagang dan kebiasaan mereka membawa sesuatu bekal yg selalu ditaruh dipundak terbungkus sarung (ternyata itu adalah mushaf Al-Qur’an). Dalam cerita itu pula kerajaan lagi kewalahan dengan salah satu ilmu yg tidak mudah diatasi yaitu Sihir diperankan sosok tokoh bernama Bahadur dan para pedagang Gujarat itulah yg dapat mengatasi Sihir Bahadur dengan membacakan surat-surat yang terdapat mada mushaf tersebut.
Dan pada dialog yang lain terdapat pertanyaan dari salah satu wartawan Kompas Tentang penyebab umat muslim sering bertengkar, juga bertanya tetangga Islam Washatiyah, dengan mudah pula Grand Syaikh Azhar menjawabnya, yang pada intinya Syaikh Azhar mendukung perkembangan pemikiran ulama-ulama di Indonesia tentang Washatiyah. (Dan KH. Said Aqil dalam pernyataannya menegaskan seolah kelompoknyalah yang paling getol menyuarakan Islam Washatiyah/ Moderat).
Menjelang akhir sesi pertanyaanpun masih ada yg bertanya justru pertanyaan-pertanyaan tentang masalah furu’ & bukan ushul, dalam pembahasan soal mengangkat tangan atau tidak saat takbir, membaca surat atau tidak setelah membaca Fathihah.
(Padahal pertanyaan-pertanyaan furu’ seperti ini biasanya sudah habis masanya pada kajian Fathul Kutub kelas 5 KMI).
Dan sudah mudah jg di duga, setelah kedatangan Grand Syaikh Al-Azhar pasti akan ada tulisan-tulisan tentang Islam Moderat atau sejenisnya, dan arahnya pada penguatan klaim konsep Islam Nusantara.
Saat ini betapa penting seseorang menguasai 2 bahasa Internasional yaitu Bahasa Arab dan Inggris, teringat lagi pesan KH. Hasyim Muzadi (Mantan Ketua Umum PBNU) yang sangat sarat pengalaman pada acara reuni akbar Alumni Gontor beberapa tahun yang lalu, “Di Gontor kita sudah diberikan kunci, yaitu bahasa jadi kunci itu jangan hanya di iwir-iwir (dibawa saja) tapi gunakanlah kunci itu untuk membuka buku & untuk wawasan keilmuan”.
Oleh sebab itu, jika hanya membaca atau menelaah diskusi atau kuliah Syaikh Azhar Insya Allah tidak akan asing lagi mendengarkan atau memahami.